Pages

Rabu, 24 Februari 2016

Cinta di Tanah Haramain (Love in Haramain's Land)



Cinta di Tanah Haramain

Aku, mengaguminya dalam diam... tak ku inginkan yang lain tahu akan rasaku padanya. Aku... menyukainya dalam diam, tak ku biarkan nafsu ini menguasaiku akan harapku padanya... Dia mungkin tak mengenalku, namun aku mengenalnya dengan baik, karena dia adalah salah satu washilah atas niat penghijrahan yang mulia ini. Ia adalah hitam menuju putih, sedang aku putih menuju hitam. Ia bagai sang pangeran namun aku hanyalah gadis sederhana yang memimpikannya didalam bilik kamar gelap nan sunyi. Ia bagai kemuliaan mutiara yang tersimpan baik oleh agama, dan aku hanya lumpur pekat yang dijauhi orang karena kehinaannya... aku tak tahu apakah aku mempunyai hak atas rasaku ini, dan aku tak ingin tersiksa oleh pengharapan ini, aku melihat bahwa aku tak ada celah sedikitpun atau kesempatan untuk jadi permaisurinya, aku tak pantas... Aku serahkan hatiku pada-Nya, aku hanya ingin mengisi kekosongan hati ini dengan nama-Nya, aku tak ingin membuat Alloh kecewa dan murka lagi padaku seperti kisahku yang tersudut lampau di awal cerita...
*****
Saat masa SMA kelas satu semester dua, ada seorang siswa baru yang datang dari luar kota. Namanya begitu terkenal semenjak ada kabar dari para guru akan siswa baru ini. Namanya Muhammad Raihan Al-Farisi (Raihan), seorang anak dari keluarga terpandang dan terhormat dan dia begitu berprestasi, dan bla bla bla. Hmmm, jujur aku paling illfeel kalau banyak gadis yang mengagumi seorang lelaki dan dimanapun ramai orang yang membicarakannya. Walau belum pernah bertemu dengan sosok fenomenal itu namun aku keburu illfeel dengan siswa baru itu. Dan seminggu kemudian, ada kabar lagi bahwa ada satu siswa baru lagi yang akan masuk ke sekolah ini. Nah kalau siswa yang satu ini kabarnya biasa-biasa saja... malah ada kabar dia pindah sekolah karena ada masalah di sekolah sebelumnya.
Dan tibalah hari dimana kedua siswa baru itu masuk ke sekolahku untuk pertama kalinya, semua siswa-siswi tertuju pandangannya pada sebuah mobil yang berhenti di halaman. Otomatis semua orang mengira bahwa siswa yang akan keluar dari mobil mewah itu adalah Raihan. Entah mengapa aku malah acuh saja dan langsung masuk ke kelas. Aku tak penasaran, toh nanti juga akan tahu karena satu kelas. Setelah itu terdengar ramai para gadis membicarakannya, dia gantenglah, keren bangetlah, pengen jadi pacarnya dan bla bla bla... rrrggghhh kesel banget dengernya! Konsentrasi belajarku buyar denger mereka ngegosip... Mereka seolah lupa hari ini ada pretest matematika, padahal lima menit yang lalu mereka sibuk baca buku dan tanya sana-sini... hehe hebat!!!
Aku mempunyai firasat yang kuat untuk keluar dari kelas, aku melihat ke halaman sekolah dari atas balkon tingkat dua, disana aku melihat seorang lelaki berseragam baru tak aku kenal memakai sepeda sedang memarkirkan sepedanya. Entah mengapa aku tertarik untuk terus melihatnya, dia begitu sopan kepada satpam sekolah dengan senyum dan salam. Siapa dia??? Tanyaku kuat dalam hati. Dia berjalan cepat dengan langkah besar dan sedikit menunduk. Dan yang paling membuatku tertarik dia adalah seorang yang mirip blasteran Amerika... apa ini siswa baru yang kedua ya? Apa ini yang pindahan biasa itu, terka ku dalam hati. Dia terlihat begitu santun dan ramah, penampilannya sangat rapih dan sederhana. Tanpa ku sadari ia menuju ke arahku dengan menundukkan pandangannya dan mengucapkan salam... dia menanyakan dimana ruang kepala sekolah... aku pun menunjukkannya. Siswa-siswi yang lainnya menatap dengan biasa dan kembali acuh... “Heiii sadar Rivira! Jangan biarkan dirimu jatuh dalam angannya! Memang siapa dia?” Walau batinku berteriak membangunkanku namun hati ini terus bertanya siapakah gerangan sosok lelaki itu yang mampu membuatku mengingatnya? Aku paling nggak tahan kalau harus penasaran gini, aku harus cari tahu! Supaya aku nggak kepikiran dia terus, “iii nyebelin kenapa aku jadi tertarik sama cowok itu”, gertakku dalam hati.
Aku pun langsung masuk ke kelas dan mengikuti pretest matematika dengan baik, dan aku terus menunggu siswa baru yang akan datang ke kelasku. Akhirnya datanglah guru wali kelasku dengan lelaki bersepeda tadi, semua menatapnya sedang aku terkejut karena dia adalah Raihan yang terkenal itu! Semua anak-anak ramai berbisik, terlebih geng cantik di kelasku, “Ohhh, jadi Raihan itu bule ya?! Em senengnya, udah ganteng, kaya, pinter, sekelas lagi...” ucap Lucy. Dan tibalah dia mengenalkan dirinya di hadapan kelas. Dia mengucap salam, mengenalkan namanya, dan ternyata memang benar dia blasteran Amerika! Mamanya asli Indonesia sedang ayahnya dari Amerika, namun aneh namanya kok Muslim banget ya? Aku aja yang ada keturunan Arabnya biasa aja, Rivira Aisyatun Nisa, sebenernya umi sih yang kekeh banget pengen ada Aisyahnya, karena umi suka banget sama sosok istri Rosululloh yang satu ini.
Semakin hari kekagumanku semakin bertambah padanya. Dan aku kira ini wajar karena siapapun akan kagum pada seorang bule yang religius banget dan akhlaknya mulia. Dia juga memang benar berprestasi, terbukti posisi aku aja kegeser nih, dari peringkat satu jadi peringkat dua! Dan entah mengapa setiap ketemu sama dia aku jadi malu dan berusaha untuk menghindarinya, aduh gimana nanti pas ada kerja kelompok sama dia? Ya Alloh mudah-mudahan aku nggak pernah satu kelompok sama dia. Tapi Alloh mempunyai rencana lain untukku! Ada sebuah peristiwa dimana aku memahami ukhuwah ini dengan benar karena dia. Tapi sekali lagi kekagumanku padanya memang beralasan yang wajar. Dalam kelompok ia sangat bertanggungjawab dan toleran. Tidak mendominasi dan tidak pula acuh pada kelompoknya karena kesibukannya. Terbukti dalam satu kelas, kelompok kamilah yang mendapatkan nilai yang tertinggi bahkan gurunya bilang kami kelompok terbaik dalam beberapa kelas yang lain.
Raihan seorang aktivis dakwah di sekolah, ia seorang rohis. Ternyata dia juga mengikuti organisasi Islam diluar sekolah. Pertanyaan besarku terungkap tentang sejarah keislamannya. Rupa yang Alloh titipkan padanya, juga prestasi, harta dan ilmu tak membuatnya sombong, apalagi dia seorang berdarah yang notabennya sangat berbeda dengan budaya Islam. Jika dia memang muallaf sungguh luar biasa, aku iri dengan akhlaknya yang sebaik itu, pasti orang tuanya bukan orang tua yang biasa! Sampai bisa sesukses itu mencetak seorang anak yang sholeh dan menginspirasi.
Hari ini adalah bagian pengajian rutin di desa sebelah. Dan umi mengajakku seperti biasanya, namun dengan semangat yang tak seperti biasanya. Kata umi sih karena akan ada KH. Muhammad Ali Al-Farisi... loh kok namanya hampir sama dengan nama lengkap Raihan ya? Apa mereka mempunyai hubungan keluarga? Seperti biasa umi telah menyiapkan gamis dan jilbab panjang untukku. Aku awalnya tak mengetahui mengapa harus memakai gamis dan jilbab yang lebar! Ya aku hanya menurut karena aku kira ini memang salah satu adat karena aku keturunan seorang Arab yang begitu dihormati didaerah ini. Tanpa tahu ada sebuah harga mahal nan mulia bagiku dalam hijab ini. Entah mengapa, aku paling pantang membuat umi bersedih karena aku menolak keinginannya, mungkin karena abi sebelum meninggal selalu mengamanatkan padaku untuk selalu menurut pada umi, ya selagi itu benar. Dan memang semua yang umi perintahkan selalu benar dan membawa dalilnya dari Al-Qur’an dan Hadits.
Sampai tibalah aku di mesjid agung yang begitu dihormati dan menjadi kebanggaan masyarakat dan umat muslim disini. Saat mencari tempat duduk yang nyaman dan dekat dengan panggung, terlihat sosok Raihan bersama seorang ulama yang begitu dihormati. Ya dialah romo KH. Muhammad Ali Al-Farisi, oh... atau mungkin Raihan itu anak kandungnya? Eh tapi kan katanya ayahnya orang Amerika. Aduh,,, jadi bingung, eh kok jadi mikirin hal itu sih?! Setelah duduk dekat umi dan tibalah romo KH. Muhammad Ali menyampaikan tausyiahnya. Umi pun bersama ibu-ibu lainnya mengeluarkan buku catatan untuk menulis point penting materi dakwah. Dan materi dakwahnya bukan mengenai aqidah, akhlak atau fiqih ibadah.
Namun beliau menceritakan kisah nyata seorang anak kecil laki-laki yang mendapat hidayah dari Alloh berupa Islam. Dia seorang anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar pada Islam dan Alloh dalam Islam, juga nama Muhammad dalam Islam.  Padahal dia adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga non muslim, namun karena hidayah Alloh datang lewat seorang gadis kecil padanya. Dan akhirnya anak itu pun mulai belajar Islam dengan sembunyi-sembunyi dengan meminjam buku Islam di perpustakaan sekolah. Sampai beberapa bulan hal itu dilakukannya, sampai ibunya mengetahui hal itu dan kedua orang tuanya menyerahkan hak beragama pada anaknya, dan akhirnya beberapa tahun kemudian kedua orang tuanya juga memeluk Islam.
Disana Romo KH. Ali menekankan hidayah bisa datang dari mana saja, sampai seorang anak kecil mampu membuat kedua orang tuanya memeluk Islam. Anak kecil ini menunjukkan kepada kedua orang tuanya mengapa Islam begitu menarik hatinya. Islam mengajarkannya berbakti pada orang tuanya, dengan bahasa yang santun, sikap yang hormat dan berprestasi lebih dibanding anak lain seusianya. Anak ini selalu menceritakan bagaimana Alloh Yang Maha Baik mencintainya setiap hari, terlebih bagaimana idolanya yakni Rosululloh memperjuangkan Islam.
Orang tuanya tak bisa memarahi atau menolak mendengarkan ceritanya, mereka seolah terbius dan semakin tertarik mengetahuinya. Terlebih agama Islam ini mudah mereka terima oleh hati dan akal mereka, dan anaknya sering minta dibacakan terjemah Al-Qur’an yang secara tak langsung membuat orang tuanya berinteraksi dengan Al-Qur’an. Dan romo KH. Ali pun memanggil anak kecil tersebut untuk naik ke panggung... Dan semua jama’ah menunggu siapa yang akan naik ke panggung, mata mereka semua tertuju pada bagian belakang panggung, aku juga jujur sangat penasaran dan begitu malu karena anak kecil itu lebih baik dariku...
Dan secara pelan tapi pasti muncullah sosok anak kecil itu yang berubah menjadi pemuda berjubah putih dan berselendang sorban dengan wajah bulenya... ya dialah Raihan! Dengan ucapkan assalaamu’alaikum ia membuat semua orang bersemangat membalas salamnya, hmmm ibu-ibu yang punya anak gadis pun ramai disekitarku membicarakan kealiman dan ketampanannya. Dan aku lihat umi hanya menangis dan sesekali mengusap air mata itu. Umi bilang bahwa umi terharu dan sangat bersyukur atas karunia Alloh karena hidup dalam rahim Islam. Namun disisi lain umi merasa sangat jauh tertinggal untuk menjadi muslimah yang kaffah. Aku tersenyum dan memeluk umi, dan aku tahu sekarang mengapa abi sangat mencintai umi... hati umi begitu lembut, dan pandai membuat semua orang memahami ilmu yang umi sampaikan dengan hati...
Namun yang membuatku terkejut saat umi bilang bahwa umi seperti mengenal pemuda itu, bagaimana bisa? Namun umi melupakan dugaan itu dan langsung menyimak kembali.
“Perkenalkan nama saya Muhammad Raihan Al-farisi, namun nama saya sebelumnya  adalah George Robert Pattinson, nama saya yang sekarang adalah pemberian dari romo KH. Muhammad Ali Al-Farisi atas permintaan saya. Sungguh saya tak sebaik apa yang telah pak kyai sampaikan, anda semua jauh lebih baik dari saya yang jahil ini. Bersyukurnya saya, karena semua urusan orang muslim adalah baik...”, Dia begitu tawadhu, dan ramah senyum. Astagfirulloh... kenapa aku jadi terus memandanginya?! Ya Alloh ampuni hamba! Tanpa sadar aku tersenyum memandangnya, tapi diri ini terus membela diri agar terus memandangnya.
Nafsu terus mencari alasan untuk cenderung padanya, akhirnya yang ada hanya kesal pada diri sendiri!!! Awalnya aku begitu kesal padanya karena para gadis di sekolah begitu memujinya dan mengaguminya secara berlebihan. Dan dimanakah aku sekarang? “Haha... kena kamu Rivira! Kamu mulai suka kan sama dia? Gak salah juga kok kalau kamu suka sama dia, dia sholeh, ganteng, baik dan pinter...” bisik nafsuku. Aku segera menepis godaan itu dan mencoba untuk melupakan ketertarikanku padanya.
*****
Akhirnya tiba dadaku berdegup untuk lebih kencang lagi! Karena, tak sengaja aku mendengar bahwa Raihan menyukai seorang gadis. Perbincangan itu ramai di sekolah, dan para gadis penasaran siapa wanita yang beruntung itu?! Dan tak lama kemudian, berita ini bertambah menggetarkan saat tahu siapa sosok wanita itu. Ia adalah seorang wanita bercadar, seorang putri dari Kyai ternama di kota ini. Hm, sekarang aku tahu siapa wanita ini. Memang usianya lebih dewasa bila dibanding dengan Raihan, dan tampaknya mereka akan dijodohkan sebentar lagi! Aku semakin penasaran dengan sosok wanita ini, aku kira pastilah ia seorang yang sangat shalihah dan cantik luar bathin. Ya aku terus termotivasi oleh wanita ini... ia jago kaligrafi, menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris... dan sedang belajar di sekolah tahfidz Al-Qur’an... Masya Alloh aku jadi semakin malu pada diriku sendiri... aku jadi tersenyum sendiri dan mendo’akan agar Raihan memang benar berjodoh dengan wanita itu.
Dari sana aku mulai belajar menepis segala rasa ini pada Raihan, aku mempunyai alasan untuk merubah rasa dan harapku padanya. Namun sikapku ini jadi agak acuh dan cuek pada setiap teman lelaki... aku tak mau dekat lebih dari kata teman... biarlah rasa ini semakin lama akan terkubur dan mati dengan sendirinya... ya Alloh hapuskanlah rasa ini, yang hanya akan membuat hamba memikirkan sesuatu yang bukan hak hamba... aku jadi mulai ingin berubah lebih jauh, mungkin karena termotivasi oleh sosok wanita yang Raihan sukai. Tidak! Bukan karena aku ingin menjadi sosok yang Raihan sukai, namun aku ingin menjadi wanita yang pantas menyandang gelar muslimah.
Hingga tak aku sadari aku telah lulus dari sekolah SMA ini... mungkin aku terlalu fokus dan ambisius dengan target baruku... Hingga aku alhamdulillah berhasil mendapatkan kembali bintang kelas... Raihan tersenyum dan mengucapkan selamat padaku... aku pun tersenyum dan menganggukkan kepala... aku juga kembali mengucapkan selamat padanya dan ia tersenyum dan berlalu dengan sahabatnya... dari sana aku tak pernah bertemu dengannya lagi... aku dengar dari sahabatnya, bahwa ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Madinah. Masya Alloh... dia semakin hebat dalam urusan agama dan pendidikannya... aku hanya mendo’akan agar ia sukses dan kembali untuk membangun peradaban umat yang bertakwa.
*****
Hingga tiba aku disini,,, hidup bahagia bersama umi dan sahabat-sahabat baikku... juga sejuta target baruku lagi... aku tak ingin jadi orang pemalas lagi, seorang yang plin-plan dan merugikan orang lain... dan ada sebuah perubahan baru pada diriku! Bismillah,,, sejak seminggu yang lalu aku berazam untuk berniqob. Umi juga mendukungku dengan membantuku mencarikan gamis yang sepasang dengan niqobnya... awalnya agak sedikit risih dan repot... tapi sebelumnya aku sering pakai masker bila berkendara jadi sedikit bisa menyesuaikan dengan niqob ini. Alhamdulillah... di kampus ini juga sudah banyak yang berniqob, jadi lingkungannya juga mendukung, alhamdulillah...!
Aku kira orang-orang bila bertemu denganku akan sedikit canggung atau menatapku sinis dan bla bla bla... tapi subhaanalloh semua diluar dugaanku! Semua bersikap lebih baik padaku, walau ada tatapan yang mungkin agak berbeda dari biasanya. Dalam beberapa hari pun namaku jadi populer di kampus... semua niat ini bermula saat aku sering membaca kisah para muslimah yang berniat bercadar... terlebih aku seorang keturunan Arab, jadi kalau lihat para muslimah di Makkah semua bercadar,,, em jadi tambah suka deh! Lihatnya itu, gimana ya, mereka seolah membuatku terpana dan jatuh cinta pada mereka. Akhlak mereka, body language mereka, dan banyak lagi.
Entah mengapa, setelah beberapa bulan aku berniqob, sudah ada beberapa ikhwan yang berniat baik untuk mengkhitbahku. Jujur aku kaget! Karena aku tak pernah mengenal mereka... namun bila berjodoh mengapa tidak? Tapi... selalu saja kalau masalah jodoh, hati ini teringat pada Raihan... sosok pemuda yang pernah aku kagumi dahulu. Astagfirulloh...! aku harus bisa lepas dari ini semua... mungkin Raihan sudah menikah dengan wanita itu... aku hanya berusaha menekankan itu agar aku bisa melupakannya. Beberapa bulan kemudian umi mengajak aku untuk menengok persalinan cucu Kyai yang ternama itu. Aku langsung terbayang wajah Raihan menggendong seorang bayi dan seorang wanita disampingnya. Aku pun langsung mengangguk.
Dan ternyata setelah sampai disana lelaki yang disamping wanita itu bukanlah Raihan... ternyata itu Yusuf, sahabat dekatnya Raihan... ada sebuah rasa bahagia dan penasaran atas Raihan, hem jadi reunian akhirnya... tapi kok aneh ya... bukannya dulu Raihan yang akan dijodohkan dengan wanita itu? Namun saat aku akan pulang, Yusuf bertanya padaku, apakah aku suka berkomunikasi dengan Raihan atau tidak? Akhirnya dalam perjalanan pulang, jadi terpikir kembali, apa hubungannya...? sebenarnya dari dulu aku tak pernah berkomunikasi langsung lewat hp atau yang lainnya. Hanya berkomunikasi bila di sekolah saja.
Alhamdulillah... tanpa terasa aku sudah menyandang gelar S1 sebagai guru bahasa Arab. Dan aku juga sudah mendapat tawaran bekerja di Boarding Islamic School di dekat daerahku, memang umi mengenal si pemilik yayasan,,, jadi alhamdulillah bisa langsung bekerja... hari-hariku sibuk dengan mengajar dan menulis banyak artikel Islam... juga menjadi seorang murobiyah menggantikan peran umi... Umi juga sempat bertanya, kapan aku menikah??? Umi rasanya sudah sangat tua dan ingin segera menggendong cucu... hem jadi lucu rasanya. Aku punya calon saja belum, umi sudah bilang mau punya cucu. Mungkin karena selalu terpikirkan hal itu, sudah beberapa hari ini aku selalu bermimpi berdampingan dengan seorang lelaki di depan masjidil haram. Subhaanalloh ya Alloh... selalu terharu dan terisak saat mengingatnya, aku ingin sekali pergi ke tanah suci, apakah itu umrah atau haji. Oh iya, aku kan punya keluarga dari abi disana... sudah lama sekali tidak bertemu dengan kakek dan nenek... selama ini hanya berkomunikasi lewat telfon saja.
Akhirnya setelah mengumpulkan uang, aku dan umi alhamdulillah bisa pergi ke makkah untuk bersilaturahmi dengan keluarga abi disana. Saat di perjalanan dari bandara menuju ke rumah kakek dan nenek, didepan mobil yang aku dan umi tumpangi ternyata ada sebuah kecelakaan. Sontak mobil di rem mendadak, aku dan umi kaget dan bertanya pada supir nenek. Ternyata didepan ada seorang lelaki yang tertabrak mobil... inna lillahi... dan lelaki itu tertabrak mobil demi menyelamatkan seorang anak yatim piatu yang sedang menyeberang jalan. Masya Alloh... sungguh mulia pengorbanannya... semoga Alloh menyelamatkannya aamiin. Aku pun sempat melihat orang-orang yang menggopohnya menuju ambulance, baju putihnya penuh dengan darah dari kepalanya.
Setelah tiba, aku dan umi disambut sangat baik oleh kakek dan nenek... mereka memelukku dengan erat dan kami dijamu dengan sangat baik di rumah itu. Masya Alloh... sudah hampir 16 tahun yang lalu aku tidak menginjak tanah suci makkah ini... akhirnya selama beberapa hari ini aku sempatkan untuk setiap shalat pergi ke masjidil haram. Ya Alloh... ni’mat sekali rasanya beribadah di tanah suci makkah al-mukarromah ini... andai hamba tinggal disini ya Alloh... hem mungkin insya Alloh hamba akan lebih baik lagi... umi yang ada disampingku mengingatkan agar aku memohon didekatkan jodoh dan segera menikah... setelah aku berdo’a... tepat didepan mataku ada seorang lelaki yang digopoh dua lelaki lainnya tengah menuntun tangannya dalam berjalan... ya Alloh, kenapa dia? Dia sedang sakit mungkin ya? Ya Alloh... dia yang sedang sakit saja berusaha untuk bisa datang memenuhi panggilan-Mu ya Robb... dalam rasa sakit dan ketidakmampuannya ia datang pada-Mu...
Alhamdulillah, setelah hampir dua minggu aku dan umi pulang ke Indonesia. Sangat sedih rasanya,,, harus meninggalkan rumah Alloh dan tanah suci makkah dengan segala keberkahan dan kemuliaannya. Juga keluarga besarku disana... jagalah mereka ya Alloh, aamiin. Namun aku disini mempunyai tanggung jawab... dan aku harus kembali lagi bekerja. Setelah tiba dirumah, aku dikagetkan dengan dua orang tamu... beliau ini adalah sahabatnya umi, dan salah satu dari mereka sangat asing bagiku... ternyata mereka bertanya pada umi tentang diriku. Mereka bermaksud menjodohkan aku dengan seorang pemuda.
Mereka membawa data dirinya dengan lengkap, dimulai foto, biodata dan... seorang ibu yang tak aku kenali ternyata ia adalah ibunya... hem masya Alloh,,, jadi malu rasanya. Umi menyampaikan maksud baik mereka, terlebih sahabat umi ini adalah istrinya Romo kyai Ali. Jadi umi sangat bersemangat sekali dan segera menyarankan aku untuk menerimanya. Lalu umi memberikan sebuah kotak yang berisi data dirinya... aku hanya melihatnya dari meja kerjaku... tak ku sangka umi jua sudah memberikan data diriku yang lengkap. Aneh, aneh sekali rasanya! Kenapa umi seolah-olah terburu-buru seperti ini, aku jadi keburu ilfeel duluan,,, akhirnya aku belum mau membuka kotak kecil itu.
“Sebenarnya umi dan mamanya Faris sudah lama saling mengenal, ia teman SMA umi dulu. Dan beberapa bulan ini mamanya menyampaikan bahwa anak lelakinya yang tengah kuliah di timur tengah akan segera pulang, namun kabarnya anaknya tengah ada halangan jadi belum bisa pulang secepatnya. Jadi kamu lihat dulu saja data dirinya dan fotonya, umi kira ia sangat cocok untukmu...” ucap umi dengan lambaian senyum di pintu. Huh... membuang nafas panjang dan menatap kotak itu. Akhirnya setelah shalat qiyamul lail aku niatkan bismillah untuk membuka kotak itu. Kotaknya begitu wangi, dan warnanya indah... warna hijau tua.
Saat aku membuka lipatan kertas dan mulai membaca biodatanya, betapa kaget hati dan tanpa terasa air mata ini menetes diatas permadani. Namanya adalah Muhammad Raihan Al-farisi, dan langsung aku melihat fotonya... ya Alloh ini sungguh dia,,, aku langsung bersujud dan mengucap syukur dengan isakan tangis... ya Alloh... semuanya serasa mimpi, jika benar mimpi... hamba mohon semoga ini tak berakhir... segera aku sambung dengan shalat istikharah untuk meminta jawaban dan membulatkan hati ini.
Setelah beberapa hari... saat aku akan memberikan jawabanku pada umi, mamanya Raihan datang ke rumahku dengan ditemani Romo Ali dan istrinya. Aku sempat mendengar ucapan mamanya Raihan, “Maaf sekali umi,,, bukan niat mempermainkan niat suci ini. Namun ada yang harus kami sampaikan berhubungan dengan niat khitbah dari anak saya. Satu bulan yang lalu, saat Faris akan pulang dari Makkah, di perjalanan ia mengalami kecelakaan. Ia tertabrak mobil dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Dan... Faris harus kehilangan penglihatannya. Jujur,,, saya tidak mengetahui hari itu Faris kecelakaan. Karena Faris beberapa hari tak sadarkan diri, dan akhirnya ia pulang ditemani oleh temannya. Namun sungguh niat kami untuk mengkhitbah anak umi sangat serius. Faris telah setuju untuk saya jodohkan dengan anak umi yang shalihah ini.
Namun saya memberi tahu ini, agar umi dan keluarga sekiranya kembali mempertimbangkan atas niat baik dari keluarga saya. Karena sekarang keadaan Faris berbeda, sekarang ia menjadi buta... mungkin nak Aisyah tak berkenan... Insya Alloh Faris dan keluarga akan menerima dengan lapang dada.” Sendu mamanya Raihan. Akhirnya aku masuk ke ruang tamu dengan membawa hidangan. Suasana berubah jadi tegang dan aku suguhkan hidangan itu. Langsung Romo menyampaikan maksudnya, aku hanya menunduk... mamanya Raihan menganggap reaksiku sebagai penolakan... beliau terus meminta maaf dan berdo’a semoga aku mendapatkan ganti yang lebih baik.
Aku kaget dan memegang tangannya, “Maaf bu... saya belum menyampaikan atas jawaban saya. Atas izin Alloh, saya menerima niat baik Faris dan keluarga ibu. Dan saya dengan mengharap ridho-Nya, menerima niat khitbah dari Faris...” teguhku pada mamanya Raihan. “Tapi nak, Faris sekarang adalah seorang yang buta! Apa itu tidak mengubah jawabanmu? Lebih baik jujurlah nak, nak pantas mendapatkan yang lebih baik dari anak ibu...” ujarnya dengan berkaca-kaca. “Wallohi saya tidak terpaksa bu, matanya memang tidak dapat melihat dunia ini, tapi hati dan agamanya dapat melihat dunia dengan lebih baik. Saya memilihnya, bukan karena atas dasar fisik saja, namun yang utama adalah karena agamanya bu...” dengan rasa sakit di hati karena menahan tangisanku. Mamanya langsung memelukku dan berterimakasih padaku.
Andai mamanya tahu,,, harusnya aku yang berterimakasih... karena sebenarnya Faris (Raihan) bisa mendapatkan yang lebih baik dariku yang hina ini. Ia bagai cahaya yang membawaku pada oasis dikala aku tengah sangat kehausan. Aku tak perduli, walau ia buta, bahkan tuli atau hal lainnya. Asalkan agama, tak ia hilangkan... tak ia luputkan... entah mengapa, Alloh seolah tanamkan keikhlasan pada hati ini... aku tak ragu untuk menikah dengannya... justru aku ragu apakah bila ia tahu siapa aku sebenarnya...? Akhirnya acara khitbah telah dijalani, aku beberapa kali melihatnya, dan sungguh tak dapat aku tahan ledakan tangisku ini. Tak tahan melihatnya seperti ini, ia memakai tongkat dan berjalan dengan terkaku.
Namun senyuman selalu menghiasi wajahnya yang teduh. Dan sampailah aku di pelaminan bersamanya... rasa syukur, bahagia, dan khidmat mengalir didadaku saat ia mengikrarkan ijab qabul... dan kata syah pun menyambut... jika ia tahu... mungkin dia akan sembunyikan wajahnya dariku! Aku terus menatapnya, aku lihat dari kamar, beberapa kali air matanya terjatuh dan segera ia usap lalu tersenyum. Wahai imamku, izinkanlah daku untuk jadi matamu... bukan kasihan semata yang ku beri namun ketulusan karena Alloh yang aku beri.
Malam semakin memelukku dalam kedinginan, dan bulan terlihat jelas menggantung di langit... Sering ku lihat ia terdiam, dan bersedih... setelah tamu mulai pulang dan tibalah saat aku berdua dengannya di meja makan. Aku ucapkan salam padanya dengan lembut, ia segera membalas salam dan membalikkan wajahnya padaku. Aku memegang tangan kanannya yang dingin dan tangan kirinya memegang tanganku. Ia tersenyum dan berucap penuh kasih sayang padaku... Aku meminta maaf dan tanganku membersihkan sisa makanan yang ada didekat bibirnya.
Ia tertawa renyah dan memegang tanganku... “Kalau aku tidak buta mungkin aku harus mencari alasan lain untuk memegang tangan seorang bidadari jelita ini...” rayunya. Aku pun tertawa dan ia terkejut... “Dik, aku serasa mengenal suara tawamu itu...”. Aku terdiam dan membalasnya. “Benarkah? Jika demikian, siapakah aku?”. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, “Hm... mungkin aku salah mengira...”. Hem aku kira dia akan berhasil menebakku siapa... tapi jadi malu juga nanti kalau dia tahu siapa aku.
Akhirnya aku mengobrol dengannya... memang sungguh ni’mat pacaran setelah menikah... Dan tiba saat dia menceritakan kecelakannya yang merenggut penglihatannya. Aku meneteskan air mata dan mengenai tangannya, segera ia memegang wajahku dan merasakan niqobku yang basah... ia memintaku untuk berhenti menangis, karena ia paling tidak tahan melihat wanita yang ia sayangi menangis... “Dik, berkenankah adik membuka niqobnya...?” pintanya. Aku pun membuka niqobku, ia lalu mengusap air mataku dengan tangannya dan memintaku untuk kuat dan shabar. Yang membuatku tak tahan untuk menangis, ternyata lelaki yang tertabrak didepan mobil yang aku tumpangi dulu di makkah adalah Raihan suamiku... ya Alloh sakitnya hati ini, aku jelas melihat bagaimana darah membanjiri tubuhya demi menyelamatkan seorang anak yang tak ia kenali.
 Dan... lelaki yang digopoh di masjidil harom itu... ternyata juga suamiku, Raihan... masya Alloh... Alloh telah pertemukan kami dua kali di makkah. Inikah yang namanya takdir, sungguh beruntung aku bersuamikan dia... dia juga ceritakan bahwa ia adalah seorang muallaf... semua itu semakin melekatkan hatiku adanya,,, aku peluk dan dekap lengan kanannya. Ia tersenyum dan mencium keningku...
“Dik, saat di masjidil harom... aku berdo’a agar Alloh mengabulkan do’aku. Dan salah satunya adalah agar seorang wanita yang akan aku khitbah semoga ia dapat menerimaku,,, seorang wanita yang begitu shalihah,,, mama dan romo sangat berharap aku berjodoh dengannya. Lalu sampailah data diri dan fotonya. Walau aku belum melihat wajahnya, namun lewat data diri dan istikharahku... semua condong padanya... Dan yang membuat aku kagum padanya, ia menerima segala kekuranganku,,, ia terima aku sebagai imamnya,,, sungguh beruntungnya aku mendapatkan bidadari tak bersayap ini...” bahagianya. “Apa engkau mencintainya...?” tanyaku. “Mencintainya? tidak....” dengan tertawa. Aku kaget dan panik, ”Jadi,,, engkau tidak mencintainya? Lalu mengapa kakak menikahinya?” dengan nada sedikit sebal. Dia tertawa, “Jadi begini ya rasanya menjahili seorang bidadari, tentu aku tidak mencintainya... dengan sedikit... tak dapat aku gambarkan dengan ukuran duniawi,,, karena ini hanya dapat dirasa di hati...” lembutnya.
Lalu aku berbicara agak pelan padanya, “Duhai imamku, bolehkah aku jujur padamu...?”. “Tentu, silahkan sayang...”. Sebenarnya aku ingin menikah dengan seseorang yang aku kenali di sekolah. Jujur, aku sangat berharap padanya...” tegasku. “Lalu mengapa engkau mau menikah denganku? Maafkan aku...” tanyanya dengan lemas. “Mengapa kakak meminta maaf? Harusnya aku yang berterimakasih,,, karena kakak berkenan hadir di kehidupanku lagi untuk yang kedua kalinya...”. “Apa maksudmu, dik?” resahnya. “Karena, seseorang itu adalah kakak... Muhammad Raihan Al-Farisi... George Robert Pattinson...”. “Subhaanalloh... jadi kita pernah satu sekolah dik?” tanyanya dengan kuat. “Benar imamku,,, kita bahkan satu kelas...” jelasku padanya. Cukup lama ia terdiam... dan tersenyum kemudian. “Apa engkau adalah Humairo? Si gadis yang pipinya kemerah-merahan...? Si gadis keturunan Arab yang menjadi saingan bintang kelasku? Gadis yang telah lama jadi dambaanku dulu,,, dan selalu ku selipkan namanya di setiap do’aku agar aku bisa bertemu lagi dengannya di pelaminan...”.
 Sungguh aku terpaku kala mendengar ucapannya, tak ku sangka bahwa dari dulu ia juga pendam rasa yang sama denganku. Rasa itu ia jaga, agar syaitan tak mengubahnya menjadi cinta buta, cinta monyet dan cinta yang maksiat. Ia jaga rasa itu sampai Alloh jua yang sampaikan rasa itu sekarang padaku, betapa aku terharu! Ia mencintaiku melebihi apa yang aku kira... aku memandangnya sayu nan bahagia. Segera ia bangunkan lamunanku dengan sentuhan tangannya, lalu aku tanyakan masalah isu bahwa ia menyukai seorang wanita bercadar sang putri kyai ternama. Dan apa reaksinya dalam menanggapi pertanyaanku itu? Ia malah tersenyum dan membelai pipiku. Aku tersenyum membalasnya, sontak aku kaget saat ia berkata, “Senyum kamu sangat indah sayangku! Walau aku belum bisa memandang langsung wajah dan senyummu lagi, tapi... hatiku dapat mengenalimu dengan baik. Sampai bisa memandangmu tanpa mata ini...” ucapnya padaku.
Bagaimana ia tahu bahwa aku membalas senyumnya, masya Alloh memang Alloh telah mengkaruniakan banyak kelebihan dibalik kekurangan seseorang. Ia jadi lebih peka! Lalu tubuhnya bersandar pada kursi, “Dulu aku memang pernah menyukainya, tapi aku telah lama mengagumi seorang gadis kecil yang aku temui di Mesir... sebenarnya ia salah satu washiilah mengapa aku ingin lebih mengenal Islam sampai akhirnya aku menjadi mu’allaf. Namanya Nisa, ia seorang anak keturunan Arab... ia berpakaian sangat tertutup dan keluar dari mesjid dengan abinya yang seorang keturunan Arab. Ia mengucap kata Alloh dalam perbincangan bersama abinya, dan entah mengapa anak kecil itu begitu mirip dengan adik...” resahnya.
Keringat dinginku keluar dan air mata ini pecah tak dapat tertampung jua. “Wahai imamku, hari itu adalah hari pada akhir bulan Ramadhan, ba’da shalat ashar... gadis kecil itu keluar mesjid bersama abinya dan sepanjang jalan menghafalkan asmaa’ul husnaa. Ia lihat ada seorang anak laki-laki yang berada didalam mobil sedang melihatnya. Lalu anak laki-laki itu segera menunduk dan kembali membaca komik”. Ku lihat suamiku mengerutkan dahinya, “Darimana adik tahu? Kejadianya memang persis seperti itu...!” tegasnya. “Menurutmu Nisa tahu darimana, wahai suamiku?!” godaku padanya. “Tentu ia tahu dari dirinya sendiri, lalu...” terawangnya. Aku lalu mencium tangan suamiku dan berbisik padanya, “Sungguh... Alloh adalah sebaik-baik pengatur kehidupan, Alloh telah pertemukan kembali Nisa dan George dalam ridho-Nya. Nisa adalah Rivira, dan Rivira adalah Aisyah, dan mereka semua adalah orang yang sama, dan sekarang Rivira ‘Aisyatun Nisa tengah duduk bersamamu disini suamiku...” rengkuhku padanya dalam balutan syukur dan rasa haru yang tak percaya bahwa Alloh telah aturkan semua ini. Tidak hanya haqqul yaqiin, namun sekarang Alloh jadikan ‘ainul yaqiin.
Tubuhnya lemas lunglai dan ia bersujud di lantai dingin. Aku pun merangkulnya dengan mengucap rasa syukur... ia memelukku dengan hangat dengan pujinya pada Alloh. Ini sungguh indah, dimana Alloh akan beri apapun apa yang kita pinta, namun semua pada waktunya. Alloh bahkan telah sediakan apa yang lebih baik dari apa yang kita harap, percayalah,,, jagalah hati untuk-Nya... dalam syari’at agama-Nya. Bila Alloh telah jatuh cinta pada-Mu, maka bila dunia dan seisinya ditimbang untuk diberikan padamu takkan pernah terukur dan sebanding. Ini ujian yang tersembunyi, dimana aku harus bersyukur dan tak lalai dalam semua cita dan cintaku di dunia.
“Subhaanalloh, walhamdulillah... sungguh Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu... selama ini aku selalu berharap untuk dapat bertemu lagi dengan gadis kecil itu. Ingin aku sampaikan terima kasih karena suara indahnya dalam lafadz “Alloh” telah menghidupkan hati ini menuju Tuhan yang sebenarnya. Dari sana, hati ini terus bertanya, siapakah Alloh itu? Sampai tiba cahaya hidayah dari Alloh untuk mengangkat diri ini untuk berada di majelisnya. Masya Alloh, alhamdulillah...” isaknya dalam pelukanku. Ya Alloh, ternyata dibalik karakternya yang ramah senyum dan  tegar... ia adalah seorang lelaki yang hatinya begitu lembut, ucapannya dapat menyentuh jiwa... em tapi masa alasannya karena itu saja. Lalu aku bertanya kembali padanya, “Apa hanya itu saja, alasan kenapa tidak mengkhitbah akhwat itu...?” gertakku.
Rasa suka belum berarti merujuk pada niat untuk mengkhitbah kan, dik? Suka karena ia rajin beribadah, pandai kaligrafi... dan hal baik lainnya. Dan akhwat itu sudah dikhitbah oleh sahabat baikku. Aku tersenyum karena aku tak salah telah mengaguminya dulu,,, semakin hari dan semakin lama aku hidup bersamanya... aku merasakan apa yang telah dijanjikan oleh Alloh. Janji itu adalah sakinah dalam berumah tangga, dan bonusnya adalah mawaddah wa rohmah! Ia adalah kekasihku, ia adalah murobbiku, ia adalah imamku, dan ia adalah belahan jiwaku... ia partner terbaikku, bila aku sedang memasak, ia datang ke dapur dan membantuku sebisanya. Bila sedang mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, ia datang dan berujar, bahwa Rosululloh SAW juga kalau dirumah suka membantu tugas istrinya. Ia curahkan waktunya bagiku dengan baik, ia tunaikan haq lahir dan batinku dengan sesuai syari’at agama...
*****
Bila kami bertemu dalam lamanya beberapa waktu, ia selalu mengecup keningku dan berucap cinta, selalu Alloh kabulkan pintaku dulu saat inginkan seorang yang romantis... namun bila ada masalah, terkadang ia selalu pendam sendiri, dan menyelesaikannya sendiri. Ia ucap, karena tak ingin menyusahkan aku, dan insya Alloh ia bisa menyelesaikannya secepatnya. Tetap saja, batin seorang istri selalu khawatir dan resah... ingin sekali membantunya dan sekedar menjadi teman curhatnya. Tapi aku sangat menghargai keputusannya dan keinginan dalam masalah pribadinya. Sampai penyakit jailku kambuh lagi, dimana aku lihat ia sedang mendengarkan berita di kamar. Lalu aku memanggilnya berulang kali, ia terkejut dan segera mematikan televisi. Ia dengarkan dengan seksama suaraku, ia segera menyahut dan mencariku. Segera aku berjalan ke dapur dan bersembunyi disana. Ia begitu pandai berjalan tanpa tongkat dan mencariku. Tapi aneh kenapa abi tidak memanggilku lagi ya? Apa ia tidak kenapa-napa? Batinku bergejolak dan ingin segera mencarinya namun bagaimana jika ia menemukanku? Iiih memalukan banget sih!!! Main kucing-kucingan, bisikku dalam hati. Saat aku akan berbalik ada tubuh yang memelukku.
Benar! Ia adalah abi. “Umi mau kemana, hem??? Sekarang abi telah menemukan umi, walau dalam kegelapan mata ini” mesranya. Aku terkejut dan heran bagaimana bisa abi dengan cepatnya menemukanku? “Abi, bagaimana abi...” segera ia sandarkan wajahnya dipundakku dari belakang dan berkata, “Bagaimana abi bisa tahu ya? Karena bagaimana bisa wangi sang bidadari tak tercium?” rayunya padaku. Lalu aku pun berbalik, “Hem masa abi? Umi ini wangi apa bau?” godaku. Ia tersenyum, ”Loh emang beda ya umi?” tanyanya. “Umi ini bau abi... bau keringat!” rengekku padanya. “Umi sayang, umi wangi kok! Abi tahu, karena umi suka memakai minyak wangi ketika didalam rumah” belanya padaku.
*****
Alhamdulillah tanpa terasa sudah hampir lima bulan pernikahan kami. Dan maha suci Alloh yang telah mempersatukan kami berdua dalam ikatan yang suci ini. Ternyata kalau menikah itu serba berkah, Dalam ibadah, rezeki dan ilmu, dll. Walau Alloh belum memberikan sebuah amanah pada kami, yakni seorang anak namun kami selalu bersabar dan berkhusnudzan pada-Nya. Suamiku, begitu baik dan bertanggung jawab. Ia tak pernah mengeluh dengan kekurangannya itu. Kami juga bekerja mengumpulkan uang untuk biaya operasi mata untuk suamiku, aku selalu berdo’a semoga Alloh segera menyembuhkan suamiku dan mempermudah segala urusan kami. Semakin lama, ia semakin romantis!
Pernah suatu hari, ia mengirimiku sebuah Voice Note dalam BBM. Dan saat aku dengarkan, ternyata itu senandung cinta berbahasa arab! Masya Alloh senangnya hatiku, karena senandung itu adalah senandung yang diciptakan oleh Sayyidina Ali kepada Sayyidatina Fatimah. Sangat dalam ku rasakan isi senandung itu, ketulusan cinta yang disampaikan suamiku juga sampai padaku. Selalu teringat nada rindu nan merdunya di hati... “Uhibbuki mitslama anti... uhibbuki kaifa maa kunti... wa mahna kana mahna shoro... anti habiibatii, habiibatii... anti habiibatii...”. Aku pun tersenyum haru dan bersyukur. Segera aku membalas Voice Note untuknya, “Uhibbuka mitslama anta... uhibbuka kaifa maa kunta... wa mahna kana mahna shoro... anta habiibatii, habiibatii... anta habiibatii...”. Juga ia setiap minggu selalu menyempatkan mengajakku ke tempat-tempat romantis... walau ia tak dapat melihat, namun tanganku selalu mengiringnya dan mendampinginya. Ia jadikan hariku penuh dengan ni’mat dan syukur! Ia sering memegang tanganku dan menempelkannya dipipinya, katanya tanganku selalu wangi dan hangat, hehe (tertawa bahagia).
Akhirnya kabar bahagia segera datang!!! Bahwa ada seorang dokter yang sudah menemukan donor mata bagi suamiku! Dokter itu berkata bahwa donor ini gratis, karena pihak keluarga yang telah meninggal telah mengikhlaskannya. Masya Alloh, alhamdulillah benar-benar telah Alloh mudahkan semuanya. Akhirnya masa operasi aku memohon pada Alloh agar selamatkan suamiku dan operasinya berjalan dengan lancar. Semoga suamiku dapat melihat lagi seperti sedia kala. Beberapa jam berlalu, hatiku begitu cemas, namun aku ingatkan diri ini agar bertawakkal, maka insya Alloh... Alloh akan cukupkan. Akhirnya dokter pun keluar dan alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar. Setelah beberapa menit aku dapat menemuinya tengah terbaring dengan lisannya yang terus berdzikir.
Aku tersenyum dan menemaninya dan memotivasinya. Ia tersenyum kembali dan berterimakasih. Ada rasa bahagia dan rasa deg-degan saat aku membayangkan ia bisa melihat kembali. Namun ada sebuah kabar yang sangat mengejutkan! Setelah beberapa lama di operasi, suamiku mengeluh sakit dan sering tak sadarkan diri. Ya Alloh hamba mohon selamatkanlah suami hamba, sungguh tak sampai hati melihat ia kesakitan seperti itu! Hamba rela gantikan ia ya Alloh, setelah kebutaannya, ia sekarang harus melakukan operasi lagi akhirnya.
Sekarang aku hanya dapat melihat ia dari kaca ini, memandangnya tengah tertidur tak berdaya, biasanya ia selalu tak bisa tidur kalau kepalanya belum tertidur di pangkuanku, aku selalu membelai rambutnya dengan membaca Al-Qur’an ataupun sholawat. Ya Robbi, tak terasa air mata ini mengalir dipipiku, aku sangat merindukannya ya Alloh! Ingin sekali aku berada disisinya sekarang! Tiba-tiba rasa mualku tak dapat ku tahan, aku berlari ke toilet dan umi segera menyusulku di belakang. Akhirnya setelah aku periksakan pada dokter kandungan, alhamdulillah aku hamil... ya Alloh alhamdulillah akhirnya aku mengandung. Wahai suamiku, andai engkau tahu bahwa sekarang aku sedang mengandung anakmu, engkau pasti sangat bahagia. Semoga engkau segera sembuh agar kita bisa merawat dan mendidik anak kita bersama-sama, aamiin.
*****
Tanpa terasa sudah hampir satu bulan suamiku tak sadarkan diri! Dokter bilang mungkin ini ada kaitannya dengan kegagalan operasi mata. Aku hanya bisa berserah diri pada-Mu ya Alloh! Aku harus kuat! Aku tak ingin bayiku juga ikut sedih karena kabar abinya yang sakit ini. Aku harus tetap tersenyum dan optimis. Aku pun menemuinya, ia sangat berbeda. Badannya mulai mengurus, wajahnya begitu pucat dan... ia tak bergerak sedikitpun. Hanya hembusan nafas saat aku sandarkan badanku disisinya. Sampai aku tertidur disisinya, dan bermimpi tentangnya.
Abi   : “Umi, bagaimana kabar umi? Umi baikkah? Umi, abi disini sangat merindukan umi... dan juga merindukan anak kita, maaf abi tak bisa dampingi umi...” ungkapnya dengan pilu.
Aku : “Abi... (menahan ledakkan tangis dan tersenyum) alhamdulillah abi sudah sehat kembali! Abi, umi juga sangat merindukan abi, dan umi ingin kembali seperti dulu... dimana kita selalu bersama, dan ditambah dengan kehadiran anak kita!”.
Abi : “Maaf umi, abi tak bisa segera temani umi. Karena abi...”
Aku : “Ada apa abi?” cemasku.
Abi : “Karena abi harus menemui seseorang... ia adalah saudara abi. Ia juga ingin jumpa dengan umi... dan saat umi berjumpa dengannya, abi harap umi menerima niat baiknya nanti... karena itu juga harapan abi... maaf selama ini abi hanya bisa menyusahkan umi saja! Abi tak dapat bahagiakan umi sebagaimana janji abi dahulu saat menikahi umi, maaf umi, maafkanlah abi...” tangisnya memecah lamunanku.
Aku : “Abi...? apa maksud abi? Abi,,, cukuplah abi bersama umi kembali. Tak perlu abi khawatirkan itu, abi sudah lebih dari menepati janji abi pada umi dahulu”.
Abi : “Umi, janganlah bersedih hati! Ingat Alloh selalu bersama kita! Dunia ini hanya sementara, pertemuan kita memang singkat sayangku, namun percayalah dihati ini hanya ada kamu sayangku! Ridho abi selalu untukmu wahai bidadari cantikku, tetaplah jadi wanita yang dirindukan surga, ya sayangku? Abi selalu mencintaimu, selalu merindukanmu, dan abi mencintai umi karena Alloh, dan berpisah pun karena Alloh. Ikhlaskanlah abi sayangku...” ucapnya sembari mencium keningku dan memelukku erat.
Saat aku terbangun ada dokter dan umi yang membangunkanku! Semua berkumpul dan berusaha membangunkanku. Tubuh ini susah bergerak, aku lihat ada tangan yang memelukku erat, dan tangan ini begitu harum, aku mengenali tangan ini ya Alloh...! ini adalah tangan yang selalu aku rindu, selalu aku cium, ini tangan suamiku... aku segera memandangnya dan membangunkan suamiku. Setelah dokter memeriksanya, ternyata suamiku telah memenuhi panggilan Alloh, ya suamiku tersayang telah wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun, allohumma ajirnii fii mushibatii wakhluflii khoiru minha... air mataku mengalir dan mencium tangannya yang sudah tak akan bergerak lagi. Hampir semua orang di ruangan itu menangis dan mendo’akan suamiku. Ia meninggal dengan keadaan tengah memelukku. Dan bukankah ia koma, tak bisa bergerak? Namun maha suci Alloh ia memelukku dan insya Alloh ia meninggal dalam keadaan syahid, aamiin.
Ini semua bagai mimpi... setelah tiba dirumah, akhirnya abi pulang walau diantar oleh keluarga dan dari pihak rumah sakit. Wajah abi berseri-seri dan abi nampak tersenyum... semua orang bilang bahwa abi meninggal dalam keadaan husnul khotimah, dan abi sangat dirindukan dan dicintai oleh semua orang. Sekarang disini aku tengah memandang wajah suamiku, ia begitu tampan masya Alloh. Selalu terbayang saat ia menggodaku, dan menghiburku. Juga... saat ia masih di SMA, wajah lugunya dan... astagfirulloh sungguh aku terbayang semua kejadian saat bersamanya. Tolong hamba ya Alloh... tubuh ini serasa lemas dan tak dapat ku tahan tubuh ini. Segera aku beristigfar dan mencium keningnya.
Semua orang terharu melihatnya, bahkan ada yang meneteskan air matanya. Alhamduillah Alloh selalu memberikan kekuatan saat aku menyalatinya, dan mengantarnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Wahai Alloh, ampunilah semua dosa suami hamba, sayangi ia, maafkan kesalahannya, tempatkan ia disisi-Mu dalam sebaik-baik tempat kembali. Sungguh, ia adalah suami yang terbaik, seorang syuhada, seorang da’i dan ummat Rosululloh yang istiqomah! Terlihat ia dipayang dan dimasukkan ke dalam kubur, aku tak sanggup melihatnya dan... aku pingsan di tempat.
Hariku ini sungguh melelahkan! Lelah karena sejuta bayangannya masih ada terperangkap dalam ingatanku. Selama kami menikah, ia tak pernah dapat melihat keindahan pernikahan kami secara lahiriyah! Namun, senyumnya selalu menjawab semua kesedihanku terhadapnya. Ia seolah mengatakan bahwasanya ia sangat bahagia... tak perduli apakah ia melihatnya atau tidak, namun bukankah kepuasan dan kebahagiaan ada di hati? Kebahagiaan itu tak dapat tergambarkan dan tidak mampu terukur dengan kata ungkapnya dahulu. Semua muridnya selalu datang menziarahi almarhum, dan semua sahabatku juga selalu menemaniku. Dan aku teringat pada ibunda Rosululloh SAW. Aku dapat merasakan kesedihannya, ya sangat dalam sekali rasa ini! Dalam keadaan tengah mengandung, dimana seorang istri sedang butuh sekali perhatian dan keberadaan sang suami disisinya, namun suaminya Abdulloh wafat. Namun aku termotivasi oleh ibunda Aminah, ya aku harus kuat! Aku semakin menyadari bahwa kecintaanku terhadap suamiku, dan apa yang ada di bumi ini, di dunia ini... adalah sebuah ujian.
Bila suatu saat nanti Alloh mengambilnya, aku harus ikhlas. Bukankah aku ingin menjadi kekasih Alloh? Maka aku harus ikhlas dan ridho bila Alloh ingin mengujiku dengan segala cintaku ini. Aku jalani hariku dengan menjadi mentor atau murobbiyah untuk anak remaja di daerah sekitarku. Mereka mampu membuat hariku penuh dengan syukur dan semangat, bahwa masih ada kewajibanku untuk mendidik dan menyayangi generasi ummat ini. aku juga membuat usaha kecil dalam membuka hijab online. Dan alhamdulillah sekarang sudah semakin maju dan berkah, aamiin.
*****
Muhammad Hasan Al-Farisi. Itu adalah nama anakku dengan Raihan. Alhamdulillah aku melahirkan dengan normal dan selamat. Aku sengaja mengambil nama depan dan akhir dari nama abinya, berharap Hasan bisa seperti abinya, dan lebih baik. Wajahnya begitu mirip dengan abinya! Aku selalu tersenyum melihatnya, dan menangis setelahnya. Ia harapanku yang terbesar setelah Alloh.
Aku kuat bertahan dan tegar agar selalu ada disampingnya. Menjadi sang malaikat dunianya... setelah beberapa bulan umi mengajakku untuk pergi umroh dan bertemu nenek kakek disana. Aku jadi teringat lagi saat aku bertemu dengan almarhum Raihan. Namun entah mengapa, selama disini aku kuat dan tidak menangis! Seolah Alloh beri aku kekuatan dan keyakinan lebih untuk lebih baik. Dan saat aku berziarah ke Madinah, ada seorang pemuda yang berpakaian arab namun wajah bule. Tidak!!! Kenapa aku teringat wajah almarhum Raihan? Hem mungkin aku hanya berkhayal... aku terus memikirkannya sampai aku sampai di rumah nenek. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan anakku Hasan. Katanya ia terus menangis dan setelah aku gendong ia tak menangis lagi. Aku selalu tersenyum saat melihatnya, ia begitu ramah senyum dan suara ketawanya itu selalu membuatku tertawa.
Setelah itu umi masuk ke kamar dan berbicara serius tentangku. Sungguh kagetnya aku, saat umi bilang bahwa ada seorang lelaki yang berniat ingin mengkhitbahku! Ya memang masa iddahku sudah selesai, tapi... aku serasa tak siap dan... aku masih menyayangi suamiku. Umi bersikeras agar aku mencoba membuka hatiku. Dan tibalah data dirinya ada ditanganku sekarang. Namanya Mush’ab bin Umair. Hem namanya kok seperti nama sahabat nabi ya? Ia telah lama tinggal di Madinah, dan ia sepertinya lelaki yang berilmu tinggi dan berakhlak karimah.
Tiba-tiba saja aku teringat akan wasiat almarhum suamiku dalam mimpiku dulu, jika ada saudaranya yang berniat baik maka terimalah ia, karena itu adalah harapannya. Dan saat aku tanyakan, maha suci Alloh ternyata ia adalah sepupunya almarhum suamiku. Ya Robb, ini semua sungguh mengejutkan hamba! Hamba... berserah diri pada-Mu ya Alloh... umi membelaiku, “Maafkan umi tak beritahu kamu sayang! Karena umi ingin kamu utama memilihnya atas agamanya, bukan atas nasabnya karena ia saudara almarhum suamimu!” ucapnya.
*****
Setelah acara khitbah, dan pernikahan digelar ia menungguku didekat pintu kamar. Ia tersenyum padaku, dan menyambutku! Setelah itu ia mencuci kakiku dengan tangannya dalam wadah, dan mencium keningku. Ia mendo’akanku, dan menangis. “Wahai istriku, engkau adalah bidadari surga yang telah Alloh kirimkan padaku, pada seorang hamba yang hina dina dan penuh kekurangan! Sebelumnya engkau telah temani seorang syuhada yang sangat aku sayangi, dialah saudaraku, Raihan. Aku memang tak sebaik mantan suamimu, tapi aku akan berusaha untuk lebih baik dan menjadi suami yang Alloh ridhoi... sebelumnya aku bermimpi bahwa saudaraku Raihan ingin menitipkanmu padaku! Ia berharap agar aku dapat menjagamu dan malaikat kecilnya... dan menyayangi kalian berdua. Sungguh, bukan karena itu aku menikahimu, tapi Alloh lah yang memilihmu untukku. Aku selalu terkagum-kagum pada seorang gadis yang diceritakan Raihan dahulu, aku ingin tahu siapa gerangan gadis itu. Dan sekarang Alloh perkenankan sekarang aku mencium gadis itu, dan ia adalah dirimu...”.
Tangannya menggenggamku, dan menarikku masuk kamar. Ia perlakukan aku bagai ratu, ia lalu memberikanku sebuah hadiah. Aku pun membukanya, dan masya Alloh tabaarokalloh... isi didalamnya adalah Al-Qur’an yang dibuat dari tulisan tangan... sangat indah! Dan dibelakangnya ada namaku, ungkapan cintanya padaku! Aku terharu dan menangis bahagia, ia pun merangkulku dan menenangkanku. Aku pun menatapnya dalam balutan air mata bahagia ini, “wahai suamiku, apakah ini adalah tulisan tanganmu sendiri? Sejak kapan engkau membuatnya?” tanyaku dalam haru. “Maha suci Alloh, alhamdulillah atas izin dan pertolongan Alloh, ini adalah tulisan tanganku. Maafkanlah bila tulisannya jelek, namun aku membuatnya saat aku mendapat jawaban atas istikhorohku yang telah condong padamu. Aku berharap semoga engkau mau menerimanya dan jadikan ini sebagai bukti niat seriusku dan cintaku padamu”. Aku pun menangis kembali dan bersujud syukur, ia pun bersujud syukur dan lalu merangkulku, ia bagai belahan diriku. Ia selalu tahu apa yang aku rasa! Dan dengan kesederhanaannya, kesholehannya, dan semua yang ia lakukan dapat membuatku jatuh cinta padanya. Ia selalu pandai membuat syair dan membuat moodku membaik. Ia juga seorang ayah yang hebat menurutku! Ia begitu menyayangi Hasan.
Sampai suatu hari aku terjatuh, kakiku terkilir, ia begitu cemas dan mengurut kakiku. Lalu ia menggendongku, “umi sekarang agak beratan ya? Tapi abi malah semakin jatuh cinta!”. Godanya. “Jadi abi suka kalau umi gendut ya? Kalau gendut kasihan abi kalau mau gendong uminya” timpalku. Ia lalu tertawa dan mengangguk. Setelah kakiku membaik, ia mengajakku berkeliling kota Makkah. Intinya kami pacaran lagi, teringat kembali pada Raihan. Ini bagai dua kisah yang dalam dihatiku dengan dua orang yang berbeda, namun mempunyai posisi yang sama. Namun suamiku selalu tahu, dan ia mencium tanganku, dan berucap bahwa ia akan selalu bersamaku. Aku selalu tak sabar menunggu ia untuk pulang ke rumah, karena suamiku telah mengemban tugas mulia. Ia tidak hanya seorang da’i yang peduli ummat di perkotaan besar saja, namun ia juga seorang yang peduli pada perkembangan Islam di daerah terpencil.
Aku sering melihatnya terlau kelelahan, aku siapkan air hangat untuk mandinya, memasak makanan kesukaannya dan minuman yang menghilangkan dahaga dan lelahnya. Segera aku bersiap menyambutnya di pintu, dan tersenyum padanya. Aku lalu membalas salamnya dan mencium tangannya, dan biasanya ia langsung mencium keningku. Segera ia sembunyikan rasa lelah dan masalahnya, walau aku telah mengetahuinya. Namun bila ia bersedia dan mau berbagi masalahnya padaku, kami selalu bermusyawarah berdua. Dengan bahasanya yang santun dan keputusannya yang bijaksana semakin membuat aku jatuh cinta padanya. Sering aku goda ia, ia hanya tersenyum dan memuji nama Alloh.
Alhamdulillah, ia mempunyai hobi yang sama sepertiku, yaitu kaligrafi. Kami sering membuat kaligrafi berdua, dan memenuhi rumah sederhana kami dengan kaligrafi kami. Jujur, itu kegiatan yang sangat romantis menurutku! Terkadang, ia suka jail dengan melukis wajahku dengan cat warna. Adakalanya ia yang membuatnya dengan pensil dan aku yang menebalkan atau mewarnai dengan cat air. Dan kami juga sering berdiskusi bagaimana caranya agar da’wah mudah diterima dan target utama kami adalah para remaja muslim wal muslimah. Ada sesuatu yang aku temukan Raihan padanya, ya karena mereka memiliki kemiripan. Dan ada pula sesuatu yang membuat ku mengerti, bahwa ia juga adalah jodohku. Ia begitu melengkapi kekurangaku, dan memaklumi kesalahanku, ia selalu tersenyum dan memelukku, “maafkan abi ya sayang! Karena ini semua kesalahan abi, maafkanlah”. Ucapnya dengan penuh kasih. Aku jadi sadar semua kekuranganku, dan semangat dalam memperbaiki kesalahanku. Aku pun meminta maaf padanya dan berjanji akan berusaha lebih baik untuk layak menjadi istrinya. Namun ia  selalu berkata, “iya tak apa sayangku, karena kesalahan umi, kesalahan abi juga” lembutnya dan senyumnya padaku.
Aku selalu berusaha membiasakan melakukan sunah Rosulullloh, bila suamiku diam saja entah karena apa, aku pikir ia kecewa atau marah padaku, aku menemuinya dan  memegang tangannya dan berucap, “ini tanganku dibawah tanganmu, sungguh aku tak dapat tidur nyenyak sebelum engkau ridho terhadapku”. Masya Alloh, rumah tangga yang berpondasikan Al-Qur’an dan beralaskan Sunnah sangatlah indah dan penuh hikmah. Lebih dari kata bahagia, walaupun ada duka itu sebagai asbab dari kebahagaan selanjutnya! Sakinah bersamamu sayangku, wahai imamku! Dan penuh dengan mawaddah warohmah. Si kecil Hasan pun selalu manja pada abinya, ia sangat pandai menerima ilmu yang diberikan oleh abinya. Ingin aku persiapkan ia tuk jadi muttaqiina imamaa.
 Dan saat momen teromantis adalah, saat kami berdua bersanding memandang ka’bah dari lantai atas. Masya Alloh, ia kemudian bersenandung lagu sayyidina Ali pada sayyidatina Fatimah. Aku menangis dan ia tersenyum padaku, Akupun membalasnya dan kami bersenandung berdua, alhamdulillah indahnya semua ini terangkai dalam kisah cinta di tanah haramain. Tak kusangka, bahwa kisah cintaku begitu indah dan penuh berkah karena tanah suci ini menjadi saksi bertemunya aku dengan Raihan dan Mush’ab... mantan suamiku, dan suamiku. Maha suci Engkau wahai Alloh, yang telah menjadikan pasangan untuk semua makhluk, dengan sempurna. Ini kisah yang sempurna, sebuah rencana Alloh bagi seorang hamba yang selalu berusaha istiqomah berada dijalan Islam. Subhaanalloh, walhamdulillah, wa laa ilaaha illalloh, wallohu akbar!!!
*****
Berbeda dengan kehamilanku yang pertama, saat mengandung Hasan... alhamdulillah kehamilanku yang kedua lebih menguji kesabaranku! Aku sekarang lebih mual lagi, dan lebih banyak nafsunya makan yang asem lagi... suamiku hanya tersenyum saat melihat aku makan buah-buahan yang asem banget menurutnya. Bahkan ia yang sering menyuapiku, dan kami sering bersholawat bersama saat duduk santai. Saat santai pun ia selalu mengingat akan ummat, meminta saranku bagaimana agar da’wah tidak monoton dan dipandang hanya milik orang tua saja. Kami juga sering muroja’ah bersama, masya Alloh suaranya sangat merdu. Namun ia bilang bahwa suara tidak selalu dinilai dari merdunya saja, namun juga dari keikhlasan kita saat melantunkannya.
Cinta karena Alloh, kita mencintai karena Alloh. Bila kita mencinta maka harus dengan ridho Alloh yakni dengan pernikahan yang sesuai syari’at dari Alloh. Entah mengapa, walau baru mengenalnya, namun dengan pernikahan ini begitu mudah aku mencintainya. Ia selalu pandai membuat aku jatuh cinta padanya lewat kesholehannya. Cinta didalam Islam, tidak hanya sampai pada kakek nenek, atau sampai maut memisahkan. Tapi, sampai kita bersua kembali di jannah-Nya aamiin ya Robbanaa. Di masa kehamilanku ini, sering aku tertidur di pangkuan suamiku. Sembari mendengarkannya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang membuatku tenang dan damai. Aku berharap, janinku ini mendengar abinya yang tengah memperkenalkannya pada Robbnya. Sering suamiku juga menceritakan kepribadian Rosululloh lalu bersholawat bersama, aku juga ingin kenalkan janinku ini pada Rosulnya.
Ternyata nama suamiku diambil dari nama seorang pemuda shohabat Nabi. Ya Mush’ab bin Umair! Ia adalah seorang pemuda kaya raya dan sangat penurut pada ibunya. Namun setelah mengenal islam, ia membuang jauh kemewahan, kehormatan, dan tahta dunia. Ia menjadi seorang pemuda yang sederhana dan zuhud. Dan suamiku, semoga kita berjodoh kembali di jannah-Nya, engkau lebih dari seorang pasangan buatku, namun seorang murobi, ayah, sahabat, dan malaikat yang telah Alloh kirimkan untukku. Syukron wa jazakalloh ahsanal jaza, wahai cintaku... uhibbuka!